Jumat, 12 Februari 2010

BEP

Sebelum menguraikan dan menjelaskan tentang biaya-biaya BEP perlu diketahui terlebih dahulu tentang teori-teori yang mendukung penjelasan pengertian Break Even Point ( BEP ) itu sendiri yang ditinjau dari berbagai sudut. Untuk lebih jelasnya akan di kemukakan mengenai pendapat beberapa ahli dalam mendefinisikan pengertian BEP :
1. Dari Segi Keuangan
a. Menurut Bambang Riyanto ( 1995: 291 ) BEP adalah suatu tehnik analisa untuk mempelajari hubungan biaya tetap, biaya variabel, laba dan volume kegiatan penjualan.
b. Menurut Sutrisno ( 2000 : 216 ) BEP adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
2. Ditinjau dari Segi Kuantitas Produksi
Menurut T. Hani handoko ( 1984 : 307 ) BEP adalah analisa yang digunakan untuk menentukan berapa jumlah produk ( Rupiah atau unit keluaran ) yang dihasilkan agar perusahaan tidak rugi dan tidak untung.
3. Ditinjau dari Segi Biaya
Menurut Mulyadi ( 1984 : 72 ) BEP adalah suatu keadaan dimana suatu usaha tidak memperoleh laba dan tidak merugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas apabila jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya, atau apabila marginal income hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.


4. Ditinjau dari Segi Laba
Menurut komarudin ( 1983 : 44 ) BEP adalah volume keseimbangan dimana besarnya penjualan tanpa diderita kerugian atau memperoleh laba dan menutup semua biaya yang telah dikeluarkan.

Dari kelima definisi diatas dapatlah ditarik kesimpulan dengan singkat bahwa dalam keadaan break even, jumlah penghasilan sama besarnya dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain usaha tidak mendapatkan keuntungan dan tidak menderita rugi. Sedangkan analisa break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya, volume penjualan, harga jual dan laba usaha.
Dalam perencanaan laba, analisa break even point merupakan pendekatan perencanaan laba sama dengan total biaya yang didasarkan pada hubungan antara biaya dan penghasilan penjualan.

2.1.1 Kegunaan Analisa Break Even Point
Analisa Break Even Point selain berguna untuk membantu menetapkan sasaran atau tujuan usaha juga mempunyai kegunaan lain, yaitu :
a. Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu (profit planning).
b. Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasional yang sedang berjalan, yaitu untuk alat pencocokan antara realisasi dengan angka-angka dalam perhitungan break even. Jadi sebagai alat pengendali atau “Controlling”.
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual, yaitu setelah diketahui hasil-hasil perhitungannya menurut analisa break even dan laba yang ditargetkan.
d. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan olerh seorang manajer.


2.1.2 Anggapan- anggapan Dalam Analisa Break Even Point (BEP)
Menurut Munawir ( 1990 : 197 ) Anggapan merupakan suatu konsep dasar atau dasar pemikiran yang harus diterapkan walau pun anggapan-anggapan tersebut mungkin tidak sesuai dengan kenyataan. Mudah tidaknya perhitungan atau penentuan titik break even point baik denangan rumus matematika maupun grafik, tergantung pada konsep-konsep yang mendasari perhitungan tersebut.
Pada umumnya konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisa break even point adalah sebagai berikut :
1. Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel dan prinsip validitas biaya dapat diterapkan dengan tepat.Terhadap biaya semi variabel ini harus dilakukan pemisahan menjadi unsur tetap dan unsur variabel secara teliti baik dengan menggunakan pendekatan analitis maupun pendekatan historis.
2. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan walaupun mengalami perubahan dalam volume produksi. Biaya tetap adalah merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti beroperasi.
3. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proposionil (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan keadaan penjualan.
4. Bahwa Harga jual produk tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba.




2.1.3 Keterbatasan Sistem Break Even Point
Menurut Mulyadi Keterbatasan analisa break even point adalah sebagai berikut :
1. Garis biaya keseluruhan yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel seharusnya tidak digambarkan sebagai garis lurus, sebab dalam kenyataanya biasanya biaya tersebut tidak berubah secara propesional tiap satuan produk yang dijual dan dibuat belum tentu mengeluarkan biaya variabel yang sama .
2. Garis lurus yang menggambarkan penerimaan penjualan juga tidak tepat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Alasannya adalah bahwa permintaan yang ditujukan dalam bagan break even yang dikonvensional dianggap sama saja dalam semua tingkat besarnya produksi.
3. Bagan break even menunjukkan gambaran yang statis sedangkan jalannya perusahaan amat dinamis
4. Sering kali demi penyederhanaan diabaikan adanya klasifikasi biaya semi variabel atau semi tetap kemudian dimasukkan begitu saja kedalam biaya variabel atau biaya tetap.
Dengan adanya anggapan-anggapan atau keterbatasan tersebut maka dalam grafik break even garis-garis jumlah penjualan, jumlah biaya, ( baik biaya tetap maupun biaya variabel ) semua nampak lurus. Karena semua perubahan dianggap sebanding atau proposionil dengan volume penjualan. Disamping itu analisa break even baik dengan mengunakan rumus matematika maupun dengan grafik tidak dapat menunjukkan kepada management atau penganalisa tentang tingkat penjualan yang optimum dalam arti tingkat penjualan yang dapat diperoleh keuntungan yang paling besar.

0 comments:

Posting Komentar