Rabu, 24 Februari 2010

Analisis Fundamental

Analisis Fundamental

Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data-data fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan perusahaan/ badan usaha tersebut. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga, inflasi, dan sejenisnya. Dengan mempertimbangkan data-data seperti tersebut diatas, analisis fundamental menghasilkan berupa analisis penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut sahamnya layak dibeli atau tidak. Jika nilainya mahal atau overvalued, saham tersebut dianggap nilainya lebih tinggi berdasarkan analisis fundamental melalui perbandingan harga yang berlaku di pasar. Dengan kata lain harganya sudah terlalu mahal jadi lebih baik tidak dibeli atau dijual jika memiliki sahamnya. Sementara jika yang terjadi sebaliknya, saham itu layak untuk dibeli dengan alasan harganya murah.

Analisis ini memiliki horizon jangka panjang, karena selain menggunakan data historis (berupa laporan keuangan perusahaan) analisis ini juga menggunakan data masa depan berupa estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahaan ekonomi di masa mendatang, dan berbagai jenis estimasi lainnya yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha. Meskipun menggunakan pendekatan kuantitatif dalam proses analisisnya, banyak variabel ditentukan berdasarkan judgment, misalnya tingkat pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Akibatnya, meskipun beberapa orang menggunakan metode analisis fundamental dengan cara yang sama, hasilnya bisa jadi berbeda. Analisis ini biasa digunakan untuk jangka panjang, tetapi permasalahannya yang seringkali dihadapi oleh investor adalah timing dan informasi. Karena tidak semua investor mendapatkan informasi yang lengkap sehingga jika hanya mengandalkan analisis fundamental, dapat terjadi kesalahan investasi akibat kurangnya informasi atau kesalahan timing sehingga bisa jadi saham yang dibeli harganya sudah mahal. Untuk mengatasi masalah timing tersebut dapat dilihat dari pergerakan bursa atau pergerakan saham tersebut melalui analisis teknikal untuk menentukan sinyal transaksi (sinyal beli/sinyal jual). Dengan menggunakan / menggabung kedua analisis tersebut secara tepat, bertujuan untuk menghasilkan capital gain yang optimum.

Rasio Likuiditas
Salah satu aspek penting dari analisis fundamental adalah analisis laporan keuangan, karena dari situ dapat diperkirakan keadaan, atau posisi dan arah perusahaan.
Laporan keuangan yang dianalisa adalah :
1. Laporan keuangan yang menggambarkan harta, utang, dan modal yang dimiliki perusahaan pada suatu saat tertentu.
Laporan keuangan ini disebut neraca.
2. Laporan keuangan yang menggambarkan besarnya pendapatan, beban – beban, pajak, dan laba perusahaan dalam suatu kurun waktu tertentu.
Laporan keuangan ini disebut laporan L / R.
Rasio keuangan digunakan sebagai alat analisis keadaan keuangan dan kemampuan perusahaan. Berikut adalah beberapa jenis rasio laporan keuangan:
Rasio likuiditas : mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
a. Current ratio : mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar
Curent Ratio = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar
b. Quick ratio : mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tertentu (yang relatif lebih likuid).
Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan / Kewajiban Lancar
c. Cash ratio : mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan kas dan bank.
Cash Ratio = Kas + Bank / Kewajiban Lancar
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas : mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.
a. Gross profit margin : mengukur tingkat laba kotor terhadap penjualan bersih perusahaan
Gross Profit Margin = Laba Bruto / Penjualan Bersih
b. Operating profit margin : mengukur tingkat laba usaha / operasional terhadap penjualan bersih perusahaan
Operating Profit Margin = Laba Usaha / Operasi
Penjualan Bersih
c. Net profit margin : mengukur presentase laba bersih (setelah pajak) terhadap penjualan bersih perusahaan
Net Profit Margin = Laba Bersih setelah Pajak / Penjualan Bersih
d. Return on asset (ROA) : mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROA = Laba Bersih setelah Pajak / Rata – Rata Aktiva Tetap

Rasio Pengungkit
Rasio pengungkit : mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang serta menilai sampai sejauh mana sumber pembiayaan perusahaan berasal dari pinjaman.
a. Debt ratio : mengukur tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan aktiva perusahaan.
Debt Ratio = Total Kewajiban / Total aktiva
b. Debt equity ratio : membandingkan sumber pembiayaan yang berasal dari modal pemegang saham.
Debt Equity Ratio = Total Kewajiban / Total Modal
c. Leverage ratio : mengukur jumlah dari aktiva perusahaan terhadap modal pemegang saham.
Leverage Ratio = Total Aktiva / Modal pemegang Saham
Rasio Pasar
Rasio pasar : mengevaluasi kinerja perusahaan melalui basis per saham.
a. Earning per share : menghitung penghasilan bersih yang diperoleh untuk setiap saham yang diinvestasikan.
EPS = Laba Bersih setelah Pajak – Dividen Saham Preferen
Total Saham yang Diterbitkan
b. Dividen yield : mengukur jumlah dividen per saham relatif terhadap harga pasar yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
Dividen Yield = Dividen per Saham / Harga Pasar Saham
c. Price earning ratio (P / E ) : mengukur jumlah investor untuk dibayar dari pendapatan perusahaan.
P / E = Harga Pasar per Lembar Saham Biasa / Earning per Share
d. Dividen per saham : menghitung jumlah dividen yang diperoleh untuk setiap saham yang diinvestasikan.
Dividen per Saham = Total dividen dalam Satu Tahun / Total Saham yang Diterbitkan
from : wikipedia

0 comments:

Posting Komentar